Minggu, 14 Desember 2014

Drag race

Drag race




ManiakMotor – Munculnya jersey dipakai pembalap drag bike, buah ketidak tegasan di arena trek lurus ini. Saban event dibiarkan saja pakai kaos, ya lama-lama jadi kebiasan. Lha wong enak, ringan dan nggak gerah, tapi nyawa terancam. “Pembalap saya wajib pakai baju balap, itu mutlak sejak saya bikin tim. Sayang tidak diikuti pembalap dan tim lain,” jelas Rio Teguh, pemilik tim Harriot IRC GM yang juga Ketua IMI Jabar. Nah begitu dong.
Baru sekarang aturan pakai baju balap atau paling tidak jaket dan celana kulit yang aman didengungkan, itu pun sekadar didengungkan. Makanya si Eko yang bukan Chodok, pengusaha jersey berlabel RaceerTees dari Jateng mempertanyakannya. Baginya, aturan itu bisa merugikan saat permintaan jersey meningkat akhir-akhir ini.
Wajar, lantaran menyangkut hajat hidup! Tapi ada yang belum dipahami, di balik itu ada yang mutlak. Yakni terkait nyawa pembalap. Sebab nyawa tak bisa dibeli di tempat Pak Eko? Mendengar penjelasan langsung dari Drs. Lilik Kusnandar, doi lapang dada. “Saya akan segera mendesain jaket balap yang lebih safety,” jelas Eko saat bersua di Arianti Dewi, SH, MH Drag Bike Series (19/1) di lintasan Utara Bandara adi Sumarmo, Boyolali, Jateng.
Jateng sebagai salah satu daerah yang identik dengan balap trek lurus alias drag bike,  coba bebenah pada beberapa tinjauan sebagai catatan. “Soal pemakaian baju balap lengkap atau minimal jaket tebal salah satunya, kami akan terus sosialisasikan aturan itu. Kecelakaan yang dialami Eko Chodox di bebek 130cc 4-T TU bisa jadi pelajaran,” sebut Susanto Dwi, sebagai juri lomba.
Namun, pantauan reporter di lapangan, hal itu baru sekadar himbauan. Ada pembalap  justru pakai kemeja, ya masih dibiarkan saja. Malah ada joki lokal pakai baju batik, mungkin doski baru pulang dari kondangan. Wong, cuma himbauan kok! “Harusnya dibikin pada regulasi yang tegas,” papar Tomo dari Tomo Speed Shop dari Jakarta yang konsisten pembalapnya pakai baju balap lengkap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar