Drag race
ManiakMotor – Munculnya jersey dipakai pembalap drag bike, buah ketidak tegasan di arena trek lurus ini. Saban event dibiarkan saja pakai kaos,
ya lama-lama jadi kebiasan. Lha wong enak, ringan dan nggak gerah, tapi
nyawa terancam. “Pembalap saya wajib pakai baju balap, itu mutlak sejak
saya bikin tim. Sayang tidak diikuti pembalap dan tim lain,” jelas Rio
Teguh, pemilik tim Harriot IRC GM yang juga Ketua IMI Jabar. Nah begitu
dong.
Baru
sekarang aturan pakai baju balap atau paling tidak jaket dan celana
kulit yang aman didengungkan, itu pun sekadar didengungkan. Makanya si
Eko yang bukan Chodok, pengusaha jersey berlabel RaceerTees dari Jateng
mempertanyakannya. Baginya, aturan itu bisa merugikan saat permintaan
jersey meningkat akhir-akhir ini.
Wajar, lantaran
menyangkut hajat hidup! Tapi ada yang belum dipahami, di balik itu ada
yang mutlak. Yakni terkait nyawa pembalap. Sebab nyawa tak bisa dibeli
di tempat Pak Eko? Mendengar penjelasan langsung dari Drs. Lilik
Kusnandar, doi lapang dada. “Saya akan segera mendesain jaket balap yang
lebih safety,” jelas Eko saat bersua di Arianti Dewi, SH, MH Drag Bike
Series (19/1) di lintasan Utara Bandara adi Sumarmo, Boyolali, Jateng.
Jateng sebagai salah
satu daerah yang identik dengan balap trek lurus alias drag bike, coba
bebenah pada beberapa tinjauan sebagai catatan. “Soal pemakaian baju
balap lengkap atau minimal jaket tebal salah satunya, kami akan terus
sosialisasikan aturan itu. Kecelakaan yang dialami Eko Chodox di bebek
130cc 4-T TU bisa jadi pelajaran,” sebut Susanto Dwi, sebagai juri
lomba.
Namun, pantauan reporter di lapangan,
hal itu baru sekadar himbauan. Ada pembalap justru pakai kemeja, ya
masih dibiarkan saja. Malah ada joki lokal pakai baju batik, mungkin
doski baru pulang dari kondangan. Wong, cuma himbauan kok!
“Harusnya dibikin pada regulasi yang tegas,” papar Tomo dari Tomo Speed
Shop dari Jakarta yang konsisten pembalapnya pakai baju balap lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar